Hari ini Kamis, 23 Oktober 2014.. Semalam aku dan keluargaku memperingati acara 40 harian bapak.. Seharusnya, 21Oktober kemarin adalah hari ulang tahun bapak yang ke 56 tahun, tapi takdir berkata lain, bapak meninggal pada hari Minggu, 14 September 2014. Tepatnya jam 11, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta. Sebelumnya para dokter jaga di IGD sudah membertitahukan kemungkinan terburuk kami sekeluarga saat malam harinya. Saat itu hatiku hancur, pikiranku kalut tak menentu. Berkali-kali kuhampiri bapak yang sedang terbaring lemah di ruang IGD. Berulang kali aku memohon pada Tuhan, supaya memberi mukzizat atas kesembuhan bapakku. Namun Tuhan punya jalan lain, yang sampai saat inipun belum bisa kumengerti, tapi aku yakin ini yang terbaik buat Bapakku.
Selama kurang lebih tujuh bulan, aku dan kakak ku merawat bapak yang terkena sakit stroke, gagal ginjal akut, dan diabetes. Kami adalah dua bersaudara, ibu kami sudah meninggal waktu umurku tiga setengah tahun. Yah, sejak sakit bapak memang tinggal di jogja bersama kami. Keluar masuk rumah sakit, sudah kerap aku jalani selama kurun waktu itu. Kehidupan kamipun berubah secara drastis, waktu itu semuanya harus terfokus ke bapak. tak jarang kewajiban-kewajiban ku pun terbengkalai, karena tujuan itu. aku yang orang rumahan dan jarang tidur malam, kini dipaksa untuk tidur satu atau dua jam saja pada hampir setiap malam. menyuapi, memandikan, mengganti popok bapak itu sudah menjadi rutinitasku saat itu. Namun dibalik semua kegiatan-kegiatan itu, aku senang dan bahagia. Melihat perkembangan bapak yang kian lama kian membaik. Mengajak bapak berbicara dan bercanda disaat itu menjadi hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Melihat senyum dan candanya adalah kado terindah yang kudapat dalam cobaan Tuhan ini. Yah, setelah kupikir memang Tuhan begitu murah hati. membiarkan kami merawat bapak walaupun dalam waktu yang begitu singkat. walau belum sempat membuatnya bahagia, tak sempat lagi mengabdi dalam dunia fana. Hanya doa yang bisa kupanjatkan kini, sebagai hadiah dan bukti, bahwa aku selalu menyayangimu.
Bapak, ini mungkin sudah menjadi suratan...
Kini bapak sudah tenang disana...
Didekatkan dengan ibu yang pergi lebih dulu
Walaupun sangat singkat,
Terimakasih atas cinta dan kasih sayangmu
Yang takkan pernah bisa kubalas meski sampai mati
Terima kasih atas segala jerih payahmu
Yang belum sempat membuahkan hasil sampai kau pergi
Terimakasih atas semua bimbinganmu
Yang sudah bisa membuatku hingga seperti ini
Bapak, kini ku takkan bisa melihatmu
Hanya bisa mengingat masa-masa bersamamu
Namun, kenangan itu yang akan terus memacuku
Untuk selalu dan selalu berdoa untukmu
Mungkin, ini sudah menjadi suratan takdir
Engkau pergi meski aku belum sempat
Namun aku yakin, Engkau bahagia disana
Bisa bertemu dengan istri tercinta
Melihat kami di dunia fana
Mengingat dan memanjatkan doa untukmu
Smoga Tuhan selalu menyertai doaku
Agar sampai pada bapak dan ibuku
Sampai pada akhirnya kami menyusulmu
Takkan pernah kuhentikan pengabdianku untukmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar